Selasa, 16 Maret 2010

Skenario 4 Hati Ketaqwaan

Tentu kita semua sudah sangat mengerti bagaimana proses penciptaan manusia. Manusia pertama tentu kita harus sepakat dan yakin, adalah Nabi Adam as. Hidup sebagai generasi pertama dari manusia, tentu tidaklah mudah.

Salah satu yang paling kentara dari hidup dalam kesendirian itu adalah rasa sepi. Sepi menjadi senjata ampuh dalam membunuh manusia secara perlahan-lahan. Oleh karena itulah mungkin penelitian yang ada menunjukkan orang-orang yang menikah akan mempunyai umur harapan hidup yang lebih tinggi ketimbang yang tidak menikah. Nah lho, para jomblo gimana tuh..

Oleh karena itu maka diciptakanlah Siti Hawa sebagai pendamping Adam as. Mengisi dalam setiap denyut dan nafas kehidupan Adam as, menjadikan sang nabi pun lebih tanggung dalam mengarungi ujian Sang Khalik. Cerita dan kebiasaan Adam Hawa itu pun berlanjut hingga kini.

Hal yang menarik lainnya adalah, sebuah fakta yang harus diterima hawa adalah. Ia hadir karena Adam. Hawa tak kan pernah ada ketika proses penciptaan Adam pun tiada. Dengan demikian, maka Hawa pun bisa dikatakan sebagai prioritas kedua atau warga kelas kedua dalam proses penciptaannya. Namun kebanyakan kaum feminisme tidak menerima ini sebagai sebuah pemberian, takdir !

Cerita Adam Hawa pun terus mengalami dinamika puncaknya, ketika Allah membolehkan pasangan hidup lebih dari satu, dengan batas maksimalnya empat. Tentu manusia bertanya-tanya, bahkan menjurus pada prasangka buruk kepada pemilik dan pengatur semua ini. Ada ketidakadilan di sana !

Ternyata kuncinya adalah pada seberapa faham kita menerima semua takdir yang ada pada diri kita. Lihatlah takdir yang ada pada sekeliling kita, ada siang dan malam, ada kaya dan miskin, ada pintar dan bodoh, ada laki dan perempuan, laki-laki diciptakan pertama kali ketimbang perempuan, sehingga laki-laki menjadi warga kelas pertama memang. Itulah takdir, itulah label yang ada pada setiap produk ciptaan-Nya.

Atas semua takdir-takdir itu, ada variabel surga yang dijanjikan pada setiap kita. Yang ternyata surga diciptakan untuk mengenali semua takdir-tadkir itu, dan surga tidak peduli dari takdir mana kita berasal. Ketika ketaqwaan menyertai semua takdir kita, maka surga menerima dengan tangan terbuka. Itulah pemenangnya. Itulah mengapa Allah katakan, bahwa yang paling tinggi derajatnya adalah yang paling bertaqwa.

Tabir batas maksimal empat bagi Adam untuk Hawa pun tersingkap dalam harmonisasi keindahan yang menakjubkan. Kenapa Allah tetap menciptakan skenario 4 hati, ditengah mahkluknya yang bernama Hawa tidak menyukainya ? Karena mahkluknya yang bernama Adam diciptakan-Nya dalam struktur anatomi dan psikologi dalam bingkai 4 hati. Ilmu medis pun menyatakan hal yang sama. Struktur anatomi dan psikologi Adam mampu mengatur 4 hati tersebut, yang tidak akan overlapping satu dengan lainnya. Itulah mengapa Nabi saw marah ketika aisyah menggugat (cemburu), karena Nabi saw masih menyebut-nyebut khadijah di depan Aisyah. Apakah cinta Nabi saw terhadap Aisyah lebih kecil ketimbang terhadap Khadijah. Tidak !! Karena semua hati tersebut sudah tertata dengan porsinya masing-masing. Inilah kelebihan Adam yang tidak akan sanggup diperankan Hawa.

Fakta lainnya lagi adalah, Adam memiliki potensi besar merusak tatanan kehidupan sosialnya, dimana suka atau tidak memposisikan Hawa dalam posisi tawar yang rendah. Maka untuk meredam semua itu, diturunkanlah aturan-aturan pernikahan, sampai pada skenario memiliki 4 hati tersebut. Perlindungan Hawa pun benar-benar terciptakan bersama kepahlwanan Adam yang menyertainya.

Itulah pada akhirnya menjadi harmoni keindahan yang mempesona. Kita memang diajarkan untuk bertaqwa sebatas kemampuan kita, dan bertaqwa dalam bingkai pada semua takdir yang menyertai kita. Iya seperti itulah sahabat...

0 komentar:

Posting Komentar