Selasa, 08 September 2009

Di Balik Peristiwa Berdarah di Rafah

Peristiwa Rafah mengakhiri riwayat jamaah Anshar Jundul Islam, riwayat paling berdarah dalam sejarah jamaah yang terpengaruh dengan gagasan Al-Qaidah di Jalur Gaza. Baku tembak kali ini bukan terjadi begitu saja, namun peristiwa ini terjadi sudah diperkirakan karena adanya gagasan “kultus senjata dan kematian serta menganggapnya hal ringan bagi sipil dan warga tidak berdosa” Abdul Lathif Musa, pemimpin jamaah ini memiliki kaitan dengan badan keamanan Otoritas Palestina yang kini dikendalikan oleh jenderal Dayton. Ia pernah memperoleh gaji dari Otoritas Palestina dan komitmen dengan keputusan Fatah. Namun badan keamanan Otoritas Palestina tidak mampu membekalinya dengan anak buah dan pengikut. Badan keamanan juga dinilai tidak mampu mencover personel seperti Abdul Lathif dengan cover ideology yang sesuai. Yang menghimpun pengikut di sekitar Abdul Lathif Musa adalah pemikiran Al-Qaidah atau yang lebih dikenal dengan “Salafi Jihadi”. Mereka mampu dihimpun melalui doktrin gerakan ini. Ketika investigasi, ditemukan sebuah tempat yang menjadi kumpulan buku-buku yang berbicara soal Dlawahiri dan Bin Laden. Mungkin badan keamanan Otoritas Palestina mendanainya. Jadi inti masalahnya adalah fenomena Al-Qaidah dan gagasan-gagasannya yang menyebabkan sejumlah masalah, krisis, perseteruan internal muncul di setiap negara Arab dan Islam. Mereka memanfaatkan media, terutama TV Aljazeera yang memberikan ruang besar kepada gerakan ini dan menggambarkannya sebagai musuh utama Amerika dan proyek imperialismenya. Citra Al-Qaidah oleh media digambarkan sebagai musuh utama Amerika, mampu menarik dan merekrut kader pendukung pemikiran gerakan ini. Gambaran ini diperkuat oleh statemen Al-Qaidah yang melupakan kesalahannya dan pelanggarannya di bawah jargon “memerangi Amerika dan kaum Salib serta Yahudi” statemen media Al-Qaidah selalu didasarkan kepada mengguncang emosional dan membakarnya serta menghindar dari mengajak bicara dengan akal. Al-Qaidah juga menggunakan istilah dan jargon “meninggalkan kenikmatan dunia” “tidak ada tujuan dunia bagi para pengikut Al-Qaidah” “siapapun yang mengorbankan nyawanya maka ia berarti manusia suci” ini semua disampaikan untuk membungkam para pengkritiknya dan meyakinkan para pengikutnya bahwa manhaj mereka adalah benar; barangsiapa yang membawa bendera jihad di jalan Allah tidak mungkin ia bersalah; barangsiapa yang berkorban untuk hidupnya maka ia tidak memiliki ketamakan dunia sehingga ia pasti benar” bukankah demikian? Padahal sebenarnya bisa jadi ia berbuat kesalahan dan sering salah. Al-Qaidah menggunakan slogan yang menarik publik melalui wasiat Rasulullah, “Keluarkan kaum musyrik dari jazirah Arab”. “Kalahkan Amerika” “Tolak kehinaan dalam agama” “Kematian di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami. Ini mengingatkan kita dengan rezim Arab yang melakukan tindakan represif terhadap penentangnya dengan dalih “Tidak ada suara melebihi suara perang”. Tindakan mereka membunuh orang yang berbeda pendapat dengan mereka dengan tudingan murtad dan menjadi antek Amerika dengan peristiwa kaum kiri di Rusia dan Amerika Latin yang membunuh manusia dengan tudingan Borjuis dan agen Imprialis, dan peristiwa Khmer Merah di Kamboja yang membunuh 1,5 juta orang warga dengan dalih memerangi pajak dan unsur perusak di masyarakat. Membunuh musuh jauh dan dekat Kesalahan pemikiran besar Al-Qaidah adalah doktrin teori “memerangi musuh dekat diutamakan daripada musuh jauh”. Jauh dekat di sini bukan geografis. Yang dimaksud juga bukan; memerangi serdadu Amerika di Irak lebih utama dibanding serdadu Amerika di Eropa dan Jepang. Jauh dekat yang dimaksud di sini adalah pemahaman Al-Qaidah yang bersifat pemikiran dan ideologi; yakni memerangi negara-negara Arab didahulukan daripada memerangi penjajah; memerangi kelompok yang berbeda paham dari kelompok-kelompok Islam didahulukan. Dan demikian … Sebagai contoh; pernyataan resmi yang disebut “negara Islam” di Irak ketika memaparkan capaian-capaian serangan militer mereka; maka akan kita dapatkan 37 operasi militer; tiga sampai empat operasi dengan target Amerika sementara sisanya adalah mentargetkan “pasukan paganis” atau “kaum kebangkitan murtad” (seperti sebutan mereka) itu tentu selain operasi serangan terhadap syiah. Bahkan tangan-tangan mereka tidak segan membunuhi anggota partai Islam Irak, meledakkan kerumunan aksi massa dari partai ini yang sedang menggelar aksi solidaritas Gaza ketika agresi Israel berlangsung di sana. Tindakan mereka ini mengingatkan kita tentang faksi pembebasan di Jordania di awal tahun 1970-an ketika memutuskan untuk membersihkan barisan internal (menyingkirkan raja Husain) sebagai jalan membebaskan Palestina. Tentu saja kompas menyimpang dan perang saudara meletus. Raja Husain tidak bisa disingkirkan dan Palestina juga tidak merdeka. Seperti halnya, Al-Qaidah menyimpangkan kompas perlawanan di Irak, ingin menciptakan perang saudara di Gaza. Dan Israel cita-cita paling tinggi mereka adalah jika Hamas dan masyarakat Palestina (musuh dekat bagi mereka) menjadi musuh utama Al-Qaidah. Bahkan Al-Qaidah menolak terlibat dalam menghadang musuh Israel; alasan mereka; tidak akan menolong orang kafir untuk menghadapi orang kafir. Ini tidak saja terjadi di negeri-negeri Islam terjajah. Di Indonesia misalnya, mereka (pengikut Al-Qaidah) tidak memiliki timing yang tepat untuk meledakkan hotel-hotel beberapa pekan lalu kecuali pada saat pembentukan pemerintah baru dimana empat partai Islam berkoalisi di pemerintahan untuk pertama kalinya. Selalu mereka mencari pembenar Meski demikian pemikiran dan ideologi takfir (pengkafiran) mereka terhadap kelompok lain dan bentrok mereka dengan masyarakat dan kelompok Islam selalu dicarikan pembenaran. Padahal jelas-jelas, sebagian mereka, bukan semua, terlibat dalam pembunuhan-pembunuhan yang terjadi di Libanon. Namun selalu ditimpakan kepada zionis atau Suriah. Demikian juga di Irak, tindakan mereka mendapatkan lilin penerang dari Amerika atau Iran. Bahkan ketika Al-Qaidah membanggakan suatu tindakan kejahatan, mereka akan bilang; tidak ini pihak intelijen. Tidak ada gunanya anda menimpahkan tanggungjawab kepada Al-Qaidah sebab Anda seakan dianggap membela penjajah Amerika sehingga Anda terpaksa diam. Di Gaza, mereka meledakkan warnet-warnet, meledakkan bom di depan rumah Dr. Marwan Abu Raas, meledakkan sebuah pesta pengantin di Khan Yunis. Ada kecurigaan kuat mereka terlibat dalam membnuh anak-anak Baha Balushah dan sebagaian pemimpin Fatah sebelum peristiwa penguasaan militer di Jalur Gaza oleh Hamas. Namun ada pihak lain yang melemparkan tudingan ke pihak lain. Kemudian Otoritas Palestina di Ramallah menuding bahwa mereka (pelaku peledakan) adalah sayap militer rahasia Hamas. Setiap saat mereka tidak boleh (mau) dikritik sebab itu berarti sama saja membela rezim Arab dan sebagai agen mereka. Namun ketika peristiwa terjadi di Jalur Gaza yang berada di pemerintah gerakan Islam perlawanan yang tegar menghadapi penjajah Israel dan telah banyak berjuang, pembelaan mereka akan sulit dan sulit. Di bagian kedua; kita akan mencoba mengkaji dasar-dasar pemikiran “Salafi Jihadi” dan bagaimana mengatasi pemikiran yang salah ini. (bn-bsyr)

0 komentar:

Posting Komentar