Peristiwa Bom Kuningan Jilid 2 yang terjadi pada jum’at, 17 Juli 2009, merupakan gambaran sebuah ideologi radikal, pada sebuah negeri muslim terbesar di dunia yang tidak masuk dalam wilyah peperangan. Kita mengetahui bersama, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin sebagaimana namanya Islam. Dan sebagaimana yang Allah swt, katakan, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang orang yang mendapat petunjuk." (QS. An Nahl, 16: 125)..
Tafsir sepihak atas permasalahan umat Islam seperti, memerangi Amerika dan kaum Salib serta Yahudi, sehingga kerap mengguncang emosional dan membakarnya serta menghindar dari mengajak bicara dengan akal sungguh tidak dapat diterima. Beberapa tafsir sepihak lainnya yang dapat kita cermati adalah meninggalkan kenikmatan dunia, tidak ada tujuan dunia bagi para pengikut idiologi ini, siapapun yang mengorbankan nyawanya maka ia berarti manusia suci, meyakinkan para pengikutnya bahwa manhaj mereka adalah benar, barangsiapa yang membawa bendera jihad di jalan Allah tidak mungkin ia bersalah, barangsiapa yang berkorban untuk hidupnya maka ia tidak memiliki ketamakan dunia sehingga ia pasti benar. Padahal sebenarnya bisa jadi ia berbuat kesalahan dan sering salah.
Hal lain yang dapat dicermati dari gerakan ini adalah faham takfir (mengkafirkan sesama muslim) yang dengan mudahnya dilontarkan kepada kelompok lain. Dengan mudahnya memberikan label thoghut, dan antek-antek Amerika kepada kelompok lain yang mencoba bersiasat di pentas demokrasi. Belum lama ini kita dikagetkan oleh peristiwa berdarah di Rafah, Gaza selatan. Dimana darah sesama warga Palestina tertumpah, karena klaim sepihak dari kelompok yang menamakan dirinya Jundu Ansharullah, yang mendirikan Emirat Islam Gaza (pemerintahan Islam Gaza). Padahal Gaza seperti diketahui, dikuasai oleh pemerintahan sah yang di pegang oleh Hamas. Jundu Ansharullah kelomp(situs arrahmah.com, membela mati-matian kelompok ini) menuding Hamas telah sekuler dan kafir karena tidak mampu menegakkan syariat Islam di Gaza. Sungguh disayangkan sikap seperti ini ada dibarisan kaum muslimin, yang pada akhirnya darah pun tertumpah.
Para ulama di Indonesia sepakat, bahwa Indonesia bukanlah wilayah perang, sehingga tindakan pengeboman tidak dapat dibenarkan. Benar bahwa ada banyak kemungkaran yang mesti diberantas, ada ketidakadilan buat umat Islam di Indonesia, namun bukan dengan cara-cara pengeboman seperti itu. Jelas, itu tindakan ekstream, yang berasal dari pemikiran radikal dari beberapa umat Islam yang meyakini jalan yang di ambilnya.
Benar, bahwa cita-cita setiap orang-orang beriman adalah tegaknya seluruh undang-undang Allah swt di bumi dimana kita pijak. Namun datangnya masa itu, bukan seperti membalikkan telapak tangan, atau tidur dengan bermimpi, dan setelah bangun, tegaklah semua yang kita inginkan. Tentu tidak dengan seperti itu. Ia hanya bisa dicapai dengan kerja-kerja da’wah yang terus menerus dan merajut ukhuwah yang kuat di kalangan orang-orang beriman, bukannya meng-thoghutkan atau mengkafirkannya. Karena penegakkan syariat Islam, tanpa proses pengkondisian masyarakatnya, tidak dicontohkan Rasulullah saw. So... Gerakan Radikalisme sesungguhnya mencederai Islam, yang Rahmatan Lil ‘Alamin, dan mengoyak ukhuwah dibarisan kaum muslimin. Oleh karena itu hanya ada satu kata menyikapinya, kita Tolak Radikalisme....!!!
21.54
Administrator
0 komentar:
Posting Komentar