Selasa, 08 Desember 2009

Kepada Saudaraku Ikhwan dan Saudariku Akhwat.. (bagian pertama)

Saudaraku Ikhwan,
Ketahuilah, Akhwat yang telah menjadi pendampingmu bukanlah khodimat yang kerjanya melayani dirimu dari bangun tidur hingga tidur kembali. Ia adalah permata kecermelangan zaman yang akan membangun sejarah peradaban baru.

Kepada Saudaraku Ikhwan,
Perjalanan da’wah adalah sebuah keniscayaan yang mesti ditempuh oleh setiap hamba Allah yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Jalan da’wah lah yang akan menghantarkan pada kebahagian sejati, baik di dunia atau pun di akhirat. Namun saudaraku, sayang seribu sayang, jalannya bukanlah jalan yang dipenuhi dengan bunga harum semerbak, namun jalan yang penuh onak dan duri. Namun, aku yakin engkau kan terus berusaha bertahan, hingga maut menjemput. Insya Allah…

Saudaraku Ikhwan,
Lambat laun jalan da’wah ini pun menuntut penyempurnaan dari sebagian agamamu, ia adalah pernikahan. Da’wah ini telah memudahkan mu saudaraku, untuk mencari pendampingmu, dan ia adalah saudara dekatmu dan sahabat seperjuangan, Ia adalah Akhwat. Ia yang akan mengisi hari-hari perjuanganmu, yang akan menghibur mu di kala engkau berduka, yang akan menyejukkan pandanganmu dikala kegersangan menghampirimu, dan yang akan menemani dirimu dikala kesempitan menyertaimu.

Saudaraku Ikhwan,
Sadarilah, ketika engkau melangkah untuk menikah, engkau harus menjaga dirinya dengan dua hal besar, dengan Ilmu dan Harta mu. Ilmu akan menjadikan dirinya memperoleh bimbingan dan tidak tersesat, dengan Harta mu, engkau akan menjaga dirinya dari kelemahan sesat, dan mendatangkan kemudahan mengarungi kehidupan.

Saudaraku Ikhwan,
Ketahuilah, Akhwat yang telah menjadi pendampingmu bukanlah khodimat yang kerjanya melayani dirimu dari bangun tidur hingga tidur kembali. Ia adalah permata kecermelangan zaman yang akan membangun sejarah peradaban baru. Maka penuhilah kebutuhan sandang dan papanmu, agar ia benar-benar berbinar bagi zaman dan peradabannya kelak. Jangan lelahkan ia dengan urusan-urusan yang seharusnya dikerjakan seorang khodimat. Betapa kita para ikhwan telah menyia-nyiakan potensi besar bagi sebuah kebangkitan ummat, karena akhwat pendampingnya dihabiskan waktunya dengan urusan-urusan sepele khodimat.

Saudaraku Ikhwan,
Jikalau dirimu tak sanggup memenuhi sandang dan papanmu, maka bersyukur lah, karena ia telah ridho menerima mu dengan segala kekurangan yang ada. Zuhudlah atas kelebihan yang ia punyai, dan peliharalah dirimu dari meminta-minta yang berlebihan, sedangkan dirimu di ambang batas kefakiran untuk dirinya.

by : albanthany

4 komentar:

sahira mengatakan...

Saat Hasan Ibnu Ali ditanya seseorang tentang bagaimana memilih calon suami bagi putrinya...Beliau menjawab "nikahkanlah putri-putrimu dengan lelaki yang taat ajaran agamanya...Sebab bila ia mencintai putrimu ia tulus menghormati, namun bila ia tidak mencintai putrimu, ia tidak akan pula mendzoliminya" Allahualambishowab...

Administrator mengatakan...

betuull... sepakat...

Anonim mengatakan...

Pekerjaan khodimat itu yang seperti apa ya?
Bukankah Rasulullah menjahit bajunya sendiri...
Bukannya Umar memikul sekarung gandum sendiri...
Itu masalah manajemen waktu saja...
Potensi besar seorang istri adalah menjadi Ibu dari anak-anak suaminya...

Administrator mengatakan...

benar itu, namun juga tak melupakan kewajiban atas tanggung jawab peradaban lainnya... seperti yang dibilang tinggal di atur saja. tidak ada yang ditinggalkan...

Posting Komentar