Minggu, 07 November 2010

MENCARI FORMAT GERAKAN DA'WAH YANG IDEAL DI INDONESIA

Salah satu tulisan di dalam buku karya Anis Matta, "Menikmati Demokrasi.." Gerakan Al-Haq punya kesempatan untuk eksis, begitu pun Al-Bathil punya kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana kita memeperbesar Al-Haq untuk mempersempit Al-Bathil. Maka selamat menikmati demokrasi. Demikian kurang lebih salah satu hal penting yang bisa di catat dari buku itu.

Dan di dalam buku "Dari Gerakan Ke Negara.." karya Anis Matta, salah satu penjelasannya adalah, tidak ada satu pun nash yang mewajibkan untuk mendirikan salah satu tipe pemerintahan. tetapi yang terpenting adalah bagaimana kehendak-kehendak Allah itu tegak. Apakah berbentuk kerajaan, khilafah, dll.

Di Indonesia sesungguhnya, pertentangan gerakan da'wah masih seputar simbolis dan nilai (substansi). Atau formal vs tidak formal. Ketika ada salah satu partai Islam yang lantang bilang Piagam Jakarta, namun pribadi para pengusungnya tidak mencerminkan itu. Ada partai Islam yang pribadinya terlihat siap dengan nilai-nilai Islam, namun bersuara tidak jelas, malu-malu kucing, dan terkesan gagap.

Kita ingin, perjuangan Islam yang simbolis dan nilai nya memancar.

Misal, apakah kita akan terus menikmati demokrasi saja, tanpa harus memberikan koreksi pada demokrasi, atau bahkan menawarkan hal lain yang datangnya dari Islam. Karena kalau kita sudah mulai berani MENIKMATI, biasanya sifat utama manusia muncul, yaitu LUPA. Kalau sejenak LUPA, mungkin bisa di toleransi. Tapi kalau sampai LUPA DARATAN. Celaka kita..

Lalu, apakah benar, hanya sampai pada tidak ada satu pun perintah untuk menegakkan ke-khilafahan ? Padahal Gerakan Da'wah Ikhwan sangat bercita-cita menegakkan sebuah khilafah dalam konsep perjuangannya.

Dan salah satu yang khas dari da'wah di alam demokrasi ini, bagaimana menjaga keberlangsungan da'wah agar tak diberangus. Sehingga diperlukan sebuah modifikasi gerakan da'wah yang tidak mencolok, agar stigma fundamentalis dan teroris tidak mampir ke Gerakan Da'wah. Maka kita akan melihat banyak akrobat kucing-kucingan dalam Gerakan Da'wahnya.

Hmm, seharusnya, yang seperti itu bukankah harusnya di zaman yang represif dan ketika gerakan da'wah masih minim/lemah. Inilah logika sederhana dan normalnya. Apa yang dilakukan IKHWANUL MUSLIMIN di Mesir, misalnya. Bertolak belakang dengan Logika tersebut. Walau rezim di sana represif, akhir november ini, ikhwan disana akan ikut pemilu parlemen, dengan slogan, "ISLAM ADALAH SOLUSI.."

Dan logika kita pun kembali dibenturkan oleh sejarah Gerakan Da'wah Nabi saw dahulu. Lihatlah, bagaimana perubahan fase da'wah di zaman Nabi saw, dari sirriyah (sembunyi2) ke jahriyah (terang2an), yang meminta adalah umar bin khattab, dengan mengatakan, "apakah kita berada di jalan kebenaran ya Rasulullah ? " Nabi saw, menjawab : "benar ya umar.." lanjut umar, "lalu mengapa kita masih bersembunyi dan tidak memberitahu manusia...."

Mereka akhirnya keluar sambil bertakbir bertahmid dan bertahlilil, yang di "hadiahi" HUJAN BATU oleh penduduk quraisy ketika itu. Oleh karena itu apakah, "kedamaian" da'wah itu lebih berkah dan lebih baik ketimbang yang dihujani batu ?

wallahu'alam bish showab..

0 komentar:

Posting Komentar